“Aku tidak ingin terlihat seperti pendakwa bagi orang lain!” jerit hatiku. Memang aku begitu keras pada hidupku, oke tidak hanya pada hidupku tapi juga pada hidup orang-orang disekitarku. Bukan bersikap sok suci, aku tau aku juga seringkali jatuh. Padahal berusaha untuk tidak jatuh, tetapi tetap jatuh juga. Karena aku ini lemah secara daging, hatiku senantiasa bergumul, sebab didalam roh sesungguhnya aku ingin hidup kudus.
Bersama denganku memang tidak mudah. Aku juga merasa bersamamu itu berat sekali. Kita betul-betul berbeda, kau sering seenaknya dengan hidupmu dan aku ingin serius menjaga hidupku. Kenapa kita terlalu berbeda? Kau kerapkali menyepelekan banyak hal, menggampangkan sesuatu dan kadang membenarkan hal yang jelas-jelas salah. Bukankah kita hidup didunia harus punya standar? Jangan suka seenaknya begitu. Ah teman, kamu betul-betul mengesalkan.
Harus berapa kali aku bilang jangan ulangi kesalahan itu lagi, tapi tetap saja kau melakukannya. Aku lelah dengan sikap dan cara hidupmu. Kenapa kamu nakal sekali? Selalu bermain-main pada kejatuhan. Aku sudah tidak mau peduli lagi denganmu, tokh kamu juga tak pernah benar-benar peduli pada hidupmu. Aku mengasihimu lebih dari hidupku sendiri, tapi kamu bahkan tidak tau bagaimana cara mengasihi dirimu sendiri.
Kamu bilang aku cerewet, maka lebih baik aku diam. Kau bilang jangan menghakimimu, jadi sekarang aku akan diam. Terserah kau mau jadi seperti apa, uruslah hidupmu sendiri. Kau bertanggung jawab atas hidupmu. Aku sudah berusaha mengingatkan dan mengatakan hal baik padamu. Kau sendiri yang memilih menjadi lemah atas perkara ini, maka biarkan kau akan tetap jatuh bersamanya. Aku sudah angkat tangan padamu. Lakukanlah sesuka hatimu. Tenang, aku tak akan mengganggumu lagi.
Semoga saja waktu-waktu kita semakin cepat berlalu, supaya aku tak usah bertemu denganmu lagi. Aku ingin mengurusi hal lain, tak bertemu denganmu sebenarnya lebih baik bagiku. Tapi aku tak bisa menguasai kondisi, aku hanya bisa mengendalikan diriku sendiri. Berusaha tetap tenang dan seolah semua baik-baik saja. Temanku, aku tidak sedang membatasi kesabaranku. Hanya, selama kau masih merasa dirimu benar dan tetap keukeuh pada kelakuanmu itu aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku ini hanya seorang teman bukan? Itu pun jika kau merasa aku ini temanmu.
Tak usah ceritakan apa-apa untukku. Aku tak harus tau apapun tentang hidupmu, tepat seperti yang kau mau. Berubah jadi baik lebih penting dari pada hanya bercerita saja.
Aku akan diam, seperti kau diam setiap kali aku bertanya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar